Resep Puding Kaca
Memandang foto-foto lama memang selalu membangkitkan kenangan jadul yang sebagian telah terkubur dalam gunungan memori di dalam kepala. Foto-foto ketika saya dan saudara-saudara saat masih kecil memang tersusun rapi dalam tumpukan album yang dikumpulkan dengan rajin oleh kakak saya, Wulan. Untuk urusan koleksi dan memorabilia, saya akui kakak saya ini memang jagonya. Rapi, teliti dan sangat detail. Foto lama memang kerap membangkitkan sejuta perasaan, entah rasa lucu yang membuat bibir ini ngakak tertawa, sedih, haru, rindu atau sekedar senyum tersungging. Nah salah satu foto lama yang membuat saya teringat dengan puding adalah foto ultah kakak saya yang kelima. Saat itu kami semua masih tinggal di Tanjung Pinang, di satu daerah bernama Batu Dua.
Sebenarnya sejak kecil orang tua kami tidak pernah membiasakan anak-anaknya untuk merayakan ulang tahun. Kondisi ekonomi yang tidak mencukupi serta tidak adanya budaya perayaan ultah di keluarga Ibu dan Bapak membuat hari kelahiran bukanlah peristiwa yang dianggap istimewa. Seingat saya, satu-satunya perayaan ulang tahun yang pernah ada di keluarga kami adalah saat ultah kakak saya yang kelima tersebut. Di dalam foto tampak Wulan berdiri mengenakan gaun berenda berwarna putih dan pink, sementara saya dan Wiwin tampak culun berhimpitan di belakang berusaha menongolkan kepala agar wajah kami terekam di gambar. Sebuah piring putih dengan puding susu berwarna-warni tampak duduk manis di meja dan lima buah lilin merah bertengger di atas puding tersebut. Hingga kini saya masih tak habis pikir bagaimana Ibu bisa membuat kelima lilin tersebut tetap berdiri tegak di atas puding tanpa membuat makanan tersebut menjadi hancur. ^_^
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home