Monday, February 23, 2015

Rustic Mango Pie dan Cerita Tentang Ayunan


Ayunan bayi itu sudah tua. Benda itu berbentuk lempengan besi dengan pengait di sisi kiri kanannya untuk menggantungkan kain sarung. Lempengan itu lantas digantungkan pada sebuah per panjang dan diikatkan pada sebatang cabang pohon yang tumbuh melintang. Ayunan tua yang dulunya tergantung di pintu kamar itu sangat berjasa karena selama bertahun-tahun telah berhasil membuai tiga orang bayi agar tertidur lelap sehingga sang Ibu bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Ketiga bayi tersebut saat itu telah berusia delapan, enam dan empat tahun, dan hampir setiap hari heboh memperebutkan giliran untuk menaiki ayunan yang kini tergantung di pohon jambu di depan rumah. Mereka tak peduli dengan per di ayunan yang mulai kendor dan melar saat tubuh-tubuh  mungil itu bertumpukan di dalamnya. 

Nah, bocah-bocah tersebut adalah saya, Wulan, kakak saya dan adik saya, Wiwin. Kala itu kami masih tinggal di daerah bernama Batu Dua, di Tanjung Pinang. Kami menempati sebuah rumah pinjaman untuk tentara TNI Angkatan Udara karena Bapak adalah seorang tentara dan sering harus berjaga malam di pos AU. Rumah kami yang mungil itu bertengger di atas bukit, tidak jauh dari kantor Bapak - markas TNI Angkatan Udara - yang terletak di bawah dan hanya dipisahkan dengan tangga batu sehingga setiap jam makan siang Bapak pulang untuk makan di rumah.


Klik untuk baca selanjutnya...

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home